Jumat, 10 April 2009

--- cerpen misteri --- "REALITY SHOW"




Tidak seperti malam sebelumnya, malam ini terasa sangat sepi,mungkin karena hujan yang mengguyur dari sore tadi.Sudah 20 menit aku menunggu taksi di halte ini tapi tidak ada yang mau berhenti saat aku melambai memberi kode.Sudah 3 hari dari senin kemarin aku kerja lembur pulang malam di sebuah kantor advertising.
Aku tidak sendiri, ada seorang lelaki setengah tua duduk di halte sekitar 10 menit yang lalu.Lelaki itu mengenakan baju serba hitam dan membawa tas di pangkuannya.Dari tadi posisi duduk tidak bergerak dan kepala menunduk.Bajunya nampak basah terkena air rintik hujan.Ada sebuah mobil model van parkir sekitar 5 meter dari halte.
“Mau kemana nak?” tiba-tiba pria tua itu menyapaku.
“Mau pulang pak” jawabku ramah walau tubuhku tidak ramah karena terasa sangat beku kedinginan.
“Oh, pulang kemana?”
“Bintaro pak”

Aku masih tetap berdiri karena takutnya ada bus atau taksi lewat tidak berhenti di halte.
“Jauh juga ya..”
Aku menoleh ke arahnya, sekarang dia berdiri.
“Iya pak.Kalau bapak mau pulang kemana?”
“Kuburan..”
“Kemana pak?” tanyaku, samar mendengar karena ada mobil lewat dengan deru mesin cukup keras.
“Kuburan” jawabnya dingin tanpa menatapku.
Aku tersenyum.Ada ada saja, apa pria ini bercanda,pikirku.
“Kuburan?Ah, bapak becanda”
“Iya, saya mau pulang ke kuburan,kenapa heran?apakah kamu tidak tahu kalau saya sudah mati?”
“Ha..ha..ha..Bapak ini ada ada saja, jangan bercanda ah”

Mataku menyapu jalanan yang sepi mengalihkan pandangan pria itu yang kini menatapku.Tak urung membuat bulu kudukku berdiri sedikit,entah karena takut atau memang hawa malam ini dingin.
“Saya tidak bercanda, saya sudah mati empat tahun yang lalu disini,dijalan ini kecelakaan. Kamu tahu, hantu seperti saya juga seperti manusia lainnya, bisa pergi kemana saja yang kita mau.Saya juga demikian, saya hampir setiap sore selalu di halte ini menunggu anak saya lewat,dia saat kecelakaan tidak ikut mati”
Huh! Menyebalkan!mau coba-coba membuat cerita konyol, pikirku.
“Kenapa bapak tidak ke rumah bapak saja,daripada menunggu disini?” tanyaku sekenanya.
“Anak saya sudah pindah dari sini,saya tidak tahu dia pindah kemana” suaranya nampak makin berat seperti menahan tangis.
Tubuhya bergetar,ya dia sepertinya menangis.
“Pak,bapak kenapa?”
“Saya sedih,saya rindu ingin ketemu anak saya”
“Rumah bapak dimana?”
“Sudah saya bilang, rumah saya dikuburan!” hardiknya membuatku sedikit miris.
“Maaf pak,iya bapak rumah di kuburan”

Aku sangat berharap cepat-cepat ada bus atau taksi yang berhenti agar aku bisa cepat pulang.Dari kejauhan aku melihat ada taksi lewat,ini kesempatan bagiku untuk cepat enyah dari sini.Aku melambai kearah taksi itu tetapi tidak berhenti, mungkin tidak melihatku.

“Antarkan saya pulang ke kuburan” katanya sedikit berbisik
“Iya pak, nanti saya antar ke kuburan deh, memangnya bapak dari mana malam malam begini sih?”
“Kalau saya bosan bisa pergi kumpul dengan hantu-hantu lainnya yang kematiannya tidak jauh beda dengan saya, kita bisa cerita kisah sewaktu hidup dulu.Saya waktu hidup dulu sebagai produser sinetron, ada hantu teman saya yang dulunya penyanyi mati karena over dosis di hotel, artis film yang kecelakaan dan ada yang seorang politikus mati dibunuh.”
Ingin rasanya aku lepaskan tawa karena geli tapi demi sopan santun aku pura-pura diam menyimak.
“Tadi sore, ada seorang karyawan yang mati disitu” katanya sambil menunjuk ke sebuah gedung diseberang halte.
“Itu gedung tempat saya bekerja pak”
“Kasian, dia mati jatuh dari tangga,kepalanya pecah” gumamnya.
“Oh, saya tidak denger soal itu pak”
“Kamu kenapa tidak takut saya?”
Aku tersenyum.
“Saya tidak percaya kog kalau bapak hantu” jawabku sambil tersenyum, tidak lagi sungkan aku menunjukkan sikap bosan.
“Kalau saya tunjukkan wujud asli, kamu tidak takut?”
Dia menatapku, matanya nampak cekung dengan wajah semburat keputih-putihan,tepatnya pucat dan dibawah matanya ada warna hitam,sekarang aku bisa melihat wajahnya dengan jelas karena tadi kurang begitu memperhatikan.Mulutnya terbuka dan mendesis dengan mengucapkan kata-kata yang tidak jelas.
Bukannya takut,justru emosiku terpancing merasa dikerjai.
“Cukup pak!ini tidak lucu dan saya tidak takut dengan lelucon dari bapak!” suaraku meninggi.

Aku merasa ada sesuatu yang menetes dari pelipisku,suatu benda cair meleleh sampai wajahku terasa sangat basah dan dinginnya.Aku mengusap wajah lalu aku melihat ada darah segar dan kental di telapak tanganku.
“Apa ini?” pekikku bingung.
Tubuh pria tua itu tersungkur di lantai halte dengan mulut terbuka lebar, mata melotot sampai terlihat putihnya saja dan tubuhnya mengejang lalu sama sekali tidak bergerak.Aku semakin tidak mengerti karena kejadian sangat cepat dan aku juga masih tidak mengerti kenapa kepalaku mengeluarkan dara.Tidak lama kemudian dari sebuah mobil yang diparkir tidak jauh disamping halte keluar 4 orang, ada yang membawa sebuah kamera dengan tempelan logo sebuah stasiun tv.

“Pak Widro, bangun Pak!”
Empat orang itu memanggil-manggil pria itu berkali-kali sambil mengguncang tubuhnya.Pria yang membawa kamera itu nampak kebingungan, matanya menyapu sekitar halte seperti mencari-cari sesuatu lalu menarik lengan rekannya yang masih memangku kepala pria setengah tua itu.
“Bram,cowok tadi hantu Bram! Dia ngga ada, dia ngilang setelah pak Widro jatuh!”
“Iya, tenang dulu Rud,lo cepet panggil ambulance, kita cepet-cepet selamatkan Pak widro dulu” kata pria yang dipanggil Bram dengan penuh kepanikan.
Kenapa mereka tidak melihatku padahal aku berdiri didekat mereka?Ya Tuhan, apa yang terjadi denganku?Darah dari kepalaku semakin deras saja keluar.Aku terhuyung, merasa sangat pusing dan sakit…sakit yang tidak terperi…bukan, bukan sakit karena kepalaku tapi sakit dari sini,dari ulu hatiku.

Aku menangis sekeras-kerasnya menghadapi kenyataan ini, kenyataan dimana aku tidak akan bisa lagi bertemu dan dekat dengan orang-orang yang sangat aku sayangi…menyentuh dan mengucapkan kata-kata sayang kepada ibuku,dua adikku,sahabat-sahabatku dan semuanya yang ada di mayapada ini….

-------------------------------------------------------------------------------------

*** cerpen ini aku persembahkan buat para pembuat reality show yang lagi marak di stasiun2 TV!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar