


Antara Biografi, Otobiografi dan Memoar
Terdapat perbedaan antara biografi (ditulis orang lain), otobiografi dan memoar. Memoar hanya memuat sepotong kehidupan tokoh atau tonggak peristiwa yang dianggapnya penting. Namun, perbedaan itu tidak terlalu tegas, terutama di Indonesia. Biografi ditulis bukan agar dapat menilai, melainkan memahami pikiran dan tindakan tokohnya, yang notabene adalah seorang pelaku sejarah. Ia harus ditulis untuk menguraikan jalan hidup tokohnya secara apa adanya, bukan sebagaimana masyarakat ingin melihatnya.
Selain itu, biografi juga bisa ditujukan untuk memberi baju “baru” kepada tokohnya, dengan simbol yang ingin diperteguh masyarakat untuk menjadikannya sebagai contoh. Atau, kadang-kadang personifikasi dari simbol itu sendiri. Apa peran sesungguhnya dari sang tokoh dalam sejarah? Apakah ia menentukan jalannya sejarah, atau ia tak lebih dari figur yang kebetulan berada dalam kedudukan strategis.
Oleh karena itu, jangan sampai si penulis biografi “memberi baju baru” yang tidak pas, misalnya terlalu “kebesaran” atau sebaliknya “kekecilan” bagi tokoh yang dituliskan kisah hidupnya.
Biografi memang seperti sejarah yang sedang berjalan. Lantaran itulah, tidak sedikit para penulisnya menemui kesukaran untuk menangkap esensi kehidupan obyek yang ia tulis. Tidak sedikit dari mereka, yang kemudian terjebak menulis tentang semua hal tentang obyek yang ditulisnya ketimbang menulis tentang sari kehidupan itu sendiri. Terlebih, menulis biografi tak ubahnya menghidupkan kembali kehidupan seseorang yang sudah lewat, yang sejatinya suatu hal yang mustahil. Lantaran itulah, harus ada bagian-bagian yang menarik dan menghibur pada biografi selayaknya ditonjolkan agar menjadi lebih bernafas, seperti halnya sebuah novel. Jika sebuah novel dibuat untuk dinikmati dan direguk keuntungannya, mengapa tidak begitu pula halnya dengan biografi? Biografi terletak di antara sejarah dan sastra. Oleh karena itu, sah-sah juga jika ada yang menulis “roman biografis”, yang isinya semacam novel juga, atau “roman memoar”.
Namun yang jelas, apapun bentuknya, biografi juga merupakan bahan baku sejarah yang punya kedudukan penting dalam penyusunan sejarah yang jujur. Bahkan, ada yang berpendapat biografi merupakan salah satu corak penulisan sejarah. Kejujuran menjadi kata kunci dari sebuah biografi yang baik dan bermutu. Oleh karena itu, tokoh yang ditulis kisahnya harus memberikan kesaksian yang jujur dan subyektif.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar