


Detak jantungku berdegup cepat.. ingin segera kulangkahkan kaki menjauh dari tempat ini...
Dalam hati, aku selalu dikejar-kejar perasaan bersalah karena membuat dia meninggal.
Desir nadiku mengalahkan derap langkahku. "Semoga tidak ada yang tahu kalau aku menguburkannya di sana", pikirku.
Deg-degan juga rasanya, karena baru kali ini kurasakan was-was yang sangat mendalam dalam hatiku..
Dua minggu berlalu setelah kejadian malam itu, namun hampir tiap malam aku masih memimpikan kejadian itu. Pagi ini aku melihat berita di TV, "Tukang kebun DPR menemukan sesosok mayat di pelataran DPR. Diperkirakan mayat itu baru dikubur dua minggu.".
"Gila!!! Bagaimana nih kalau sampai ketahuan?!! Coba kupikir-pikir lagi, kayaknya aku sudah benar-benar menghilangkan jejak, ya benar! Untuk apa aku harus takut begini!!" gerutu kesal berbalut cemas.
Das! Aku ingat, pisau itu! Ya, pisau itu! Di mana pisau itu? Apa ikut terkubur bersama mayat?
'Duh gimana ini, kenapa hatiku jadi bergemuruh begini...!!! Apa yang harus aku lakukan sekarang?? Semoga polisi-polisi itu tidak menemukannya!!" ucapku kesal. Aku terus saja mondar mandir karena penat di hati tak kunjung hilang.
Detak jam dinding kamarku semakin keras kudengar. Kulirik jam, dan ku terkejut karena ternyata sudah jam 11 malam lebih...
Dua puluh menit lagi menjelang tengah malam, aku berfikir untuk bersiap-siap kembali ke tempat mayat itu dikuburkan untuk mencarai barang bukti yang ketinggalan..
Debur ombak terdengar samar-samar. Persembunyianku di tepi pantai ini moga-moga tidak diketahui orang. "Teganya dirimu....", tiba-tiba kudengar bisikan yang entah datang dari mana. Suara itu... suara itu kukenal betul... apakah mungkin... Oh, tidak!!
Diah! pasti itu Diah!! Selingkuhanku yang kubunuh 2 minggu lalu! Dia bangkit dari kuburnya!!!!!!
Desahan nafasnya berirama, pelan dan satu-satu, mukanya terlihat pucat pertanda tidak ada segumpal darah merahpun ada padanya, kemudian secara perlahan dia bergerak mendekatiku.
Dekat. Semakin dekat! badanku tak bisa digerakkan. aku ingin menoleh, namun tidak bisa. aku ingin berteriak, juga tidak bisa.
Demikian hebatnya ketakutanku shingga tubuhku bergetar keras, keringat dingin mulai keluar dari seluruh tubuhku.."Mas Brams......" kembali terdengar suara yg serak dan berat tp kemudian terputus.."Tik..tik..tik" sementara itu turun hujan gerimis..
Dag-dig-dug semakin kencang saja jantungku berdetak dengan kecepatan 100000hp.
Ding..dong..ding..dong, samar2 terdengar suara jam berdetak 12 kali!!! ternyata sudah jam 12 tepat tengah malam..kembali kulirik kebelakang..uhhh!!! ternyata dia msh berdiri disana, berdiri kaku, sempat kuliat wajahnya yg penuh darah disana-sini...
Diah bergerak lagi menuju arahku. Sekuat tenaga aku mencoba untuk pergi dari tempat ini. Namun sia-sia, kakiku tetap tak mau berkompromi denganku.
"Hihihihihihihi...!" suara itu membuat jantungku seakan berhenti berdetak. Sekujur tubuh gemetar, hingga tak terasa sesuatu membasahi celana dalamku. Aku mencoba tetap berdiri di tempat itu, menunggu apa yang akan terjadi selanjutnya. Tiba-tiba...
Diriku tersentak...Pandanganku kabur...Badanku menggigil...wajahku pias..tak tahu harus berkata apa...^^.
Dung..dung...dung...dung... kepalaku seolah-olah dipukul-pukul seperti Drum..
Dongkrak mobilku pun ikut berbunyi, seolah-olah mengikuti irama malam..."Masss Brammm, aku meminta pertanggungjawabanmu setelah apa yang kau buat padaku malam itu"desahnya lagi...kali ini suaranya lebih berat dan lebih parau...
Dunia serasa berputar saat Diah hanya berjarak beberapa senti dariku. Aku jatuh tak sadarkan diri.
Duarrrrrrrrrrrrrrrrr.....suara petir turut meramaikan suasana... krik..krik......suara jangkrik juga....meong........eh kucingku ngikut...^^.
"Sejam kemudian aku tersadar dengan sendirinya krn dibasahi hujan yg masih rintik2, kulihat sekelilingku..kosong melompong, sunyi senyap, kulihat jam sudah pukul 1 lewat..dan akupun langsung mengambil langkah seribu menjauhi tempat tersebut..
Krik krik krik....terlihat banyak jangkrik di kakiku...belatung pun ikut2an dan kecoak dimana2 hampir di lantai bawah itu terpenuhi...Aku gelagapan..
Dan, kuraih anak tangga yang ada berada tak jauh dari tempatku berdiri. Namun, sebelum aku sempat meraihnya, tiba-tiba saja ada sekelebat bayangan hitam melintas di depanku. Bau yang sama pun kembali menusuk hidungku.
Dinding didepanku terlihat nanar karena kepalaku yang pusing tersengat bau amis menjijikkan yg baru saja kuhirup..Apalagi ini?? bisikku sambil memperhatikan disekeliling...
Kucoba bertahan dari bau dan ketakutan yang mulai menghantuiku. Namun ternyata, kakiku pun sulit untuk beranjak dari tempatku berdiri. Seakan-akan ada sesuatu yang menahannya untuk bergerak.
Dag dig dug. Semakin kencang jantung ini berdetak.
Dan, saat pandanganku kualihkan ke kakiku, ya ampuuun... sepasang tangan berwarna hijau dan berlendir memegangi kakiku. "Oh tidaaaakkkk!!" teriakku keras sambil terus kakiku merontak untuk berusaha terlepas dari tangan-tangan itu.
"Darimana datangnya makhluk hijau ini"pikirku tak karuan..Semakin aku meronta semakin kuat ia menarikku persis seperti lumpur hisap bedanya hanya warna dan bentuknya saja..
Dengan kekuatan yang tersisa, aku berusaha melepaskan diri dari mahluk itu. Kulihat tak jauh dari tempatku, ada sebatang besi teronggok. Kuraih dan kupulkan ke mahluk itu. Tapi ternyata, setiap pukulan yang mengena tak membuat mahluk itu melepaskanku.
Dadaku pun terasa sesak karena tanpa kusadari tangan makhluk hijau tadi bisa seperti ular yg telah melilit sampai ke dadaku.Kembali kupukul dgn besi dan semakin kupukul tangan makhluk itu malah semakin banyak spt gurita kini sambil mengelus2 pipiku..
Derita ini, sungguh amat tak kusangka. Ini seperti mimpi di siang hari bagiku. Aku pun hanya terdiam tak mampu lagi berbuat apa-apa karena seluruh tubuhku telah terbungkus oleh mahluk itu.
Dahsyat sekali kekuatan dari makhluk ini, sehingga aku sama sekali tidak bisa menggerakkan tubuhku. Aku merasakan ada yang mulai menggerogoti bagian bawah kakiku. "Tidaaakkk...," teriakku dengan suaraku yang terdengar parau dan menyedihkan.
Dengan sekuat tenaga ku hentak-hentakan kaki menyapu makhluk biadab yang mengerikan itu. Serta tanganku berusaha menarik lilitan dan sesekali kucakar-cakar dengan ujung kuku-ku yang runcing. Mulutku tak kalah sibu mengigit leher & meludahkan darah...
Detik demi detik berlalu. Tenagaku semakin melemah, namun tampaknya usahaku sia-sia saja. Makhluk ini sungguh terlalu kuat bagiku. Aku sudah mulai menyerah ketika kudengar suara itu...
Deru,, suaranya menderu deru,, itu adalah suara gergaji mesin yang biasa digunakan untuk memotong pohon jati. Dengan tenaga tersisa aku menatap ke arahnya dan kulihat ada Jason, jason memotong motong mahluk itu dengan gergaji mesinya. Tanpa ekspresi.
Deraan gergaji mesin yang terus-menerus ke arah makhluk itu akhirnya membuahkan hasil juga. Cengkeraman dari makhluk itu perlahan-lahan mulai melemah dan badanku mulai bisa bergerak.
Darahpun mengalir bagaikan sungai, darah mahluk itu yang berwarna hijau. Aku melihat ke arah jason, topeng ski itu selalu sama, meyeramkan, namun aku terheran heran mengapa dia menolongku??
Dompet! Ya, aku tahu alasannya. Dia pasti menginginkan dompetku. Itu sebabnya dia menolongku. Aku segera melarikan diri secepat kilat dengan sekuat tenagaku yang masih tersisa.. aku tak akan rela dompetku dirampasnya..dompet peninggalan kekasihku, ada foto kekasihku yang bernama.... didalamnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar