Sabtu, 05 Desember 2009

\ ian iskandar gouw \






MOVIEBUFF PALING BERUNTUNG...
Jika ditanya "siapakah moviebuff paling beruntung di dunia?" aku akan menjawab dengan seringai kepuasan "AKUUU...." hihihih...sebab apa? cukup banyak kawan2 aku dari ruangfilm.com yang kelimpungan nyari film2 bagus yang aku rekomendasikan tapi tak jua nemu, PADAHAL aku sering liat film2 rekomendasi itu di lapak dvd bajakan...heran aja kok mereka pada ga nemu2 ya?
AARON KWOK...
Sebuah totalitas peran kayaknya patut disematkan untuk bintang2 korea dan mandarin deh, sebab mereka akting benar2 total dan menghayati peran yang dimainkan.
Salah 1 nya Aaron Kwok, ini aktor ga modal wajah ganteng aja tapi permainannya benar2 patut diacungi jempol dalam berbagai film dan genre.

After This Our Exile
Film ini menyabet dalam ajang Golden Globe sebagai film terbaik (Yesss...dengan kejelian dan telaten ngubek2 dvd nemu nih film walao dah lama dan sebelomnya ga tau menang golden globe!), mengambil setting di malaysia!
Aaron Kwok dipertemukan (alhamudlillah...) ama Charlie Yeung aktris fav aku hohohoh...ya akhirnya dengan semangat membara kutonton sampe tuntas (2x cing!!!).
Jika kita menonton film Hong Kong, kita akan menemukan film-film yang digarap lebih baik, dengan cerita yang lebih bagus dan beberapa di antaranya hadir dengan sangat mengesankan. Salah satu di antaranya adalah After This Our Exile, sebuah film drama terpuji dengan nilai artistik yang tinggi.
Film yang diedarkan Desember 2006 dan pada tahun 2007 ditabalkan sebagai Film Terbaik Golden Horse Award ke-43 menganugerahkan Best Actor untuk Aaron Kwok dan Best Supporting Actor untuk aktor anak-anak keturunan Indonesia, Ian Iskandar Gouw (Ng King-to). Selain tampil di beberapa festival film dunia, film ini juga mendapatkan penghargaan sebagai Film Asia Terbaik dari Tokyo International Film Festival.

MASA KANAK2X YANG SURAM...
Setelah menikah dan memiliki satu anak laki-laki, Chow Cheung-sheng (Aaron Kwok), menjadi seorang lelaki berangasan yang senang berjudi. Hal ini membuat jera istrinya, Lee Yuk-lin (Charlie Yeung). Lee Yuk-lin berniat meninggalkan keluarga untuk memperbaiki hidupnya sendiri dan menerima pinangan seorang lelaki lain (juga diperankan Aaron Kwok dalam versi modis).
Setelah akhirnya ditinggal Yuk Lin, Cheung-sheng hidup dengan keras plus tamperamental nambah, yang merana tentunya sang anaknya Lok Yun (Ian Iskandar Gouw).
Diajak berkelana karena bangkrut dan dikejar2 debt collector, membuat Lok Yun dipaksa mencuri oleh Cheung-Sheng...
Berbagai peristiwa pahit getirnya hidup di rasa oleh bocah korban broken home ini...

Mungkin film ini tidak akan menjadi favorit semua penonton, apalagi untuk penonton yang lebih suka film aksi atau genre film lain yang mengandalkan efek-efek khusus. Tapi akan menjadi kesayangan penonton yang menyukai drama-drama kehidupan yang lirih, membumi dan berkualitas. Jenis kehidupan yang ditawarkan dalam film ini sama sekali tidak asing, bisa saja terjadi dalam kehidupan kita, atau kehidupan tetangga kita, atau kehidupan orang lain yang kita kenal.
Performa Aaron Kwok sebagai lelaki berangasan yang sama sekali jauh berbeda dengan penampilan-penampilannya sebagai pretty boy pada masa kejayaan perfilman Hong Kong, terkesan sangat kuat dan hidup.
Pada beberapa adegan aktingnya terasa sangat menjengkelkan, memuakkan, tapi juga mendatangkan rasa iba, apalagi didukung oleh gestur dan ekspresi wajah yang pas. Tak heran, berkat perannya ini, lagi-lagi, setelah tahun sebelumnya menggondol Best Actor, ia memperoleh penghargaan yang sama dari Golden Horse Award.

IAN ISKANDAR GOUW
Tidak saja berparas manis dan tanpa dosa. Tapi penampilannya sangat bagus dan memiliki kadar penjiwaan yang menyentuh hati. Ekspresi wajah untuk melukiskan perasaannya kerap membuat saya berkaca-kaca. Penghargaan Golden Horse Award -sebagai aktor termuda yang pernah meraih penghargaan dalam sejarah Golden Horse Award- untuk dirinya benar-benar sangat layak.

Sepuluh tahun kemudian, setelah terakhir bertemu, Lok Yun telah tumbuh remaja (Tsui Ting Yau). Ia ingin membenahi kekeliruan yang pernah ia lakukan di masa kanak-kanak. Ketika ia berdiri di pinggir sebuah danau, tempat ia pernah melihat bintang-bintang di langit dengan ayahnya suatu ketika di masa kecilnya, ia melihat ayahnya sedang berjalan-jalan di seberang danau dengan seorang perempuan yang tengah hamil. Ayahnya memang telah menikah lagi.
Ia hanya memandang ayahnya dari kejauhan. Dan tak tertahankan lagi, matanya berkaca-kaca. Jalan kehidupan mereka telah berbeda, sejak malam menakutkan itu, ketika cinta pada ayahnya bertempur dengan kata hatinya yang sebening kaca, dan ia kehilangan keindahan masa kanak-kanaknya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar