

hem....senang rasanya menyaksikan dan mengalami kejadian bersejarah dalam bumi tercinta indonesia, tepatnya 8 juli lalu saat PEMILU capres/cawapres berlangsung aman dan tentram terkendali. Hal seru yang membekas ya sepanjang hari mantengin layar tipi liat quick count (istilah ini jadi populer ngalahin nama manohara atau prita mulyasari hohoh...)!
Ya..Ya...miss 'quick count' alias hitungan cepat memang cukup ngebantu kita2..bagi pendukung SBY-Boediono ga usah deg deg plass...soale jelas banget point nya tertinggi, disusul pasangan Mega-Prabowo yang dibawahnya dengan nilai nyaris separo dr pasangan SBY-Boediono! SEdang pasangan JK-Wiranto? melempeeeem hohohoh...
oke lupakan sapa menang dan kalah..
DEMOKRASI pada satu sisi menjamin kebebasan individu untuk merefleksikan sikap politiknya sejauh tidak melanggar hukum dan norma- norma yang berlaku di masyarakat.
“… kebebasan salah satu anugerah pilihan… tanpanya hidup tidak bermakna.” Pertanyaan yang penting kita kemukakan sekarang adalah, sikap Golput dalam pemilu apakah termasuk kebebasan berpolitik yang dilegitimasi oleh demokrasi?
Sekarang pemilu 2009, saat di mana demokrasi sudah semakin berkembang maju, masyarakat sudah bebas mendirikan partai politik asalkan memenuhi aturan yang disyaratkan. Masyarakat diberi kebebasan untuk menentukan pilihan baik pilihan terhadap partai maupun pilihan untuk wakilnya di lembaga eksekutif. Sudah tidak ada lagi intervensi kekuasaan dalam setiap suksesi internal partai dan semua mekanisme politik dijalankan secara terbuka atas kontrol yang ketat dari masyarakat.
Di tengah kondisi yang demokratis seperti ini, golput menjadi tidak relevan lagi. Menang masyarakat memiliki hak untuk memilih dan tidak memilih. Masyarakat yang tidak memberikan pilihan memang tidak akan mendapatkan sanksi ataupun konsekwensi hukum. Tetapi perlu kita sadari bahwa pilihan untuk golput tidak memiliki nilai strategis bagi masa depan masyarakat dan masa depan demokrasi.
Golput hanya melahirkan sikap apriori dan sikap pesimisme dan sikap seperti itu tidak lagi sejalan dengan nafas perubahan jaman. Perlu kita sadari bahwa pembangunan demokrasi itu telah menghabiskan banyak biaya dan menguras banyak energi. Sehingga rasanya sangat disayangkan apabila momentum yang mahal dan bermakna ini dilewati begitu saja tanpa partisipasi yang nyata dari masyarakat.
teee..taaa...pii...diriku GOLPUT lho, males mau nyontreng! eiittt...tapi aku cinta banget indonesia dan seksama menyimak jalannya pemilu!
i love indonesiaaa...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar