



Film perang memang tidak selalu harus mengumbar adegan tembak-tembakan. Ada banyak sisi yang bisa dilihat dari perang itu sendiri. Dalam film berjudul THE HURT LOCKER ini, sang sutradara dan penulis naskah mencoba menyorot perang sebagai sesuatu yang adiktif. Terlalu lama berada dalam kondisi ini bisa membuat orang jadi kecanduan adrenalin.
Terlepas dari sudut pandang yang berbeda ini, penyajian ide dasar itu menjadi sebuah film memang sangat bagus.
Struktur alur cerita film ini memerlukan konsentrasi tinggi karena nyaris tak ada plot yang jelas. Malahan bisa dibilang film ini adalah sekumpulan adegan yang menyorot para tokoh sentral dalam film ini. Tak ada jalan cerita yang jelas. Yang ada hanyalah pesan yang terselip di antara tiap-tiap adegan yang ditampilkan oleh film berdurasi 130 menit ini.
Kathryn Bigelow, sang sutradara, mencoba mengungkap sisi lain dari perang dengan film berjudul THE HURT LOCKER ini. Mereka berdua mencoba melihat perang sebagai sesuatu yang adiktif dan bisa membuat orang kecanduan. Di sisi lain, Bigelow juga mempertontonkan bahwa dalam kondisi perang, kadang motivasi awal saat berangkat ke medan pertempuran sudah tak lagi jadi masalah. Yang ada hanya satu hal saja: bertahan hidup.
Intinya, THE HURT LOCKER ini bukan sebuah hiburan santai. Aksi laga dan pertempuran hanya ada karena itu memang harus ada dan bukan sebuah adegan utama. Untuk menyebutnya sebuah hiburan pun agaknya kurang tepat.
Jadi jika Anda tak benar-benar ingin melihat lebih dekat apa yang dialami para serdadu saat berada di medan perang, bisa jadi film lain akan lebih menarik untuk ditonton.
Berkisah tentang .T. Sanborn (Anthony Mackie) dan Owen Eldridge (Brian Geraghty) adalah dua orang tentara dari kesatuan tim gegana yang bertugas di Irak pada tahun 2004. Mereka berdua bertugas menyisir area yang akan dilewati tentara Amerika untuk mencari ranjau yang kemungkinan ditanam oleh tentara Irak.
Tugas tim ini bukanlah tugas yang mudah. Sanborn dan Eldrige tak boleh membuat kesalahan sekecil apa pun atau nyawa orang lain yang akan jadi korban. Itu terbukti ketika atasan mereka jadi korban dalam salah satu misi yang mereka lakukan. Namun kesadaran akan pentingnya ketelitian itu dengan segera menjadi sesuatu yang tak lagi diperlukan ketika tim ini mendapat pimpinan baru.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar